Latest Entries »

beberapa waktu yang lalu merupakan hal yang cukup mengesankan dalam sejarah akademisku. meskipun aku bukan tipe orang yang rajin belajar, aku paling suka kalau dituntut menguasai sesuatu dalam hal bahasa Inggris. kedua tentang bahasa arab, dan ketigatentang bisnis. bagaimanapun sulitnya ketiga hal tersebut, jika aku tertuntut melakukan sesuatu tentang ketiganya dalam hal pengetahuan, I’ll just do it, pleasurely of course.

oh yah, back to the story. kemarin pas ada pembagian tugas bahasa inggris di mata kuliahku yang memang identik dengan bisnis dan hukum-hukumnya, kami dituntut mempresentasikan tiga puluh dua lembar bahan tentang International Business, berbahasa Inggris. wah.

sounds impossible doing that with just a little time. tentunya, aku menargetkan minimal tiga hari aku bisa menyelesaikan materi itu untuk bisa dipresentasikan. entah, mungkin karena keadaanku yang sangat menyukai bahasa inggris, ditambah lagi materi membahas tentang business. aku seperti gak nyangka kalo tugas tersebut selesai dalam semalam atau jika dihitung hanya dalam waktu sekitar delapan jam, aku sudah menyelesaikan semuanya termasuk ppt nya. bukan sombong, tapi hanya aku merasa itu pencapaian luar biasa tanpa kuduga sebelumnya. so, harap maklum.

International Business adalah kegiatan bisnis seperti yang terjadi di ranah domestik, tetapi lebih kompleks karena elemen-elemen yang masuk di dalamnya datang dari pelaku dan teritorial yang lebih kompleks begitu juga dengan hukumnya. dimana politik dan pemerintahan sudah tentu menjadi bagian dalam setiap kegiatan ekonomi. sejarah menjadikan ekonomi pada masa sekarang menjadi elemen terpenting dan paling menguasai dibandingkan politik. setiap manusia atau negara dengan ekonomi yang baik, maka dia pasti dapat menguasai lebih banyak hal.

dalam kegiatan ekonomi internasional, terdapat empat kegiatan utama yang mewarnainya. yaitu trade in goods, trade in service, intellectual property, dan investment trade.

trade in goods adalah kegiatan yang paling terlihat dan mewarnai dalam bisnis internasional. hal ini tergambar dalam pengiriman barang-barang dengan kontainer atau yang lainnya lewat kapal kargo, pesawat kargo, atau kereta api. bisnis barang sangat mempengaruhi perkembangan bisnis suatu negara dan berpotensi memiliki kekuasaan kontrol lebih luas untuk setiap pelaku utama.

trade in service memiliki kegiatan yang lebih sedikit terlihat dalam bisnis internasional. hal ini diebabkan sulitnya berbisnis dalam hal pelayanan karena masalah keamanan dan kepercayaan. tapi bagaimanapun, bisnis dalam hal pelayanan utamanya bank sangat besar perannya dalam bisnis internasional.

bisnis internasional juga terjadi dalam bidang intellectual property atau hasil karya inytelektual seperti hak cipta, paten, buku, penemuan teknologi, dan lain-lain. perlindungan dalam hal menggunakan hasil karya dan jual beli ide tentang suatu penciptaan barang atau program sangat membantu berkembangnya bisnis internasional dan ekonomi internasional.

yang terakhir adalah invetment trade atau jual beli saham. ini terkait dengan sangat perlunya dana yang besar untuk mencapai percepatan pembangunan. suatu negara dapat mempercepat pembangunan dan bisnis jika mereka mendapatkan dana yang besar. investasi menjadi ranmi karena menwarkan keuntungan dan kontrol untuk setiap investor yang meminjamkan dananya kepada sebuah institusi bisnis.

bagaimanapun kita harus memiliki pengetahuan yang lebih luas lagi tentang bisnis dan bisnis internasional, termasuk kiat-kiat yang harus kita kuasai sebelum masuk didalamnya. karena ternyata, bisnis internasional tidak hanya terbatas pada keempat hal diatas, tetapi jauh lebih banyak. di luar sana sangat berbahaya dan mengkhawatirkan. tetapu kamu akan menjadi oang paling beruntung jika dapat bermain disana. bye.

try learning business, and be a businessman. your life will be good. I’m in this way. what about you?

Masalahnya sih yang duluan tuh modem gue abis masa aktifnya, gak sempet buat ngisi lagi, cooooz pas itu banyak yang pengen di beli. Lo tau kaan. Lagian gue juga bukan orang yang lumayan berkecukupan buat menuhin semua, aaagh…
Yang serius niiih, laptop gue rusak, unrepaired still. Hadowh, I don’t know how to…its time for bad things going on. Stopping writing. 2 bulan, yah. Postingan terakhirku 11 november. Sekarang 13 januari, 2012, owh God. Perlu ngubah tampilan blog nih. Yeah, I guess.
Sekarang tuh H -2 to the college vacation. Pondok gue bakalan libur setidaknya selama 3 minggu. Seneng 20%, sedih 80% gue harus pulang, gak boleh tinggal. Katanya orang tua biar lebih ngirit. Owh God. Sendiko dawuh wes…it’s fine…
Barusan gue makan lengseran (kayak piring lueeebar gituu-lebay) bergerumbul sekitar 10 orang, one of many things I like here. Lo tau gak, di pesantren, kalo lo bener udah nyatu sama itu tuuuuh, gak bakalan nyesel lo jadi santri. Everything’s gonna be so so so pleasure here.
Eh, Sekarang lagi masanya muktamar di malang, by Ahlit Thoriqoh An Nahdliyyah, tau gak loooo….sebuah kumpulan menyisir jalan Tuhan dengan sanad yang jelas, dan berirama ahlussunnah waljamaah, coool man.
Mau tau, entar deh gue jelasin lagi, males nih sekarang.
Btw, happy new year in 2012. Semoga aja bakalan lebih eksis nih gue ke depannya. Bye first…!!!

Al hajju asyhurun ma’lumat (jargon Pak Masdar
beberapa tahun lalu tentang bagaimana haji
dilakukan tidak hanya pada bulan dzul hijjah), lagi, pajak itu zakat.
El Zawa bekerjasama dengan Fakultas Syariah UIN Maliki Malang mengadakan acara bedah buku Pajak Itu Zakat pada Kamis, 10 November 2011. Acara yang dihelat di auditorium pasca lantai tiga tersebut mengundang langsung penulis, KH. Masdar Farid Mas’udi sebagai pembicara.

Bersama Pak Masdar Farid

Pak Masdar yang saat ini adalah Rois Syuriah PBNU DKI merupakan sosok NU yang unik karena memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda sehingga konsep beliau sering muncul sebagai perdebatan. Yang terbaru adalah frase Pajak itu Zakat yang beliau tulis dalam sebuah karya buku.
Beliau memulai ceramah dengan mendeskripskan konsep pajak dalam Islam. Pajak dalam sebuah negara memiliki arti urgen. Dalam Fiqh Siyasah, Islam tidak mengggambarkan banyak tentang konsep pemerintahan, administrasi negara, atau yang lainnya. Akan tetapi pajak mendapatkan porsi besar dalam pembahasan fiqh siyasah Islam. Hal ini tidak lepas dari betapa pentingnya peran pajak dalam menjalankan sebuah pemerintahan. Islam membahas pajak karena hidup matinya sebuah negara ada dalam pajak.
APBN Indonesia yang berjumlah sekitar 1400 T pertahun, 1100 T diambil dari pajak. Sedangkan sisanya diambil dari penghasilan BUMN atau yang lainnya. Dibandingkan dengan negara lain, APBN negara-negara utamanya di Eropa mengambil anggaran untuk belanja negara 100% berasal dari pajak. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia masih belum bisa memaksimalisasi pajak dan masih bergantung dengan BUMN. Seharusnya sebuah negara yang baik sudah tidak memiliki BUMN untuk membiayai negaranya.
Mustahiq zakat yang delapan menurut beliau terkelompokkan menjadi tiga dalam konsep “Pajak itu Zakat”. Yang pertama (seperdelapan) adalah kelompok sabilillah, yaitu para abdi negara seperti polisi, para investor, pengusaha-pengusaha dan pihak lain yang ikut membantu jalan dan berkembangya negara. Yang kedua (seperdelapan) adalah amil, mereka adalah pegawai pajak dan lembaga-lembaga bersangkutan. Dan yang terakhir (enam perdelapan) adalah kaum fakir, miskin, dan yang lainnya, yaitu pembelanjaan negara yang menyangkut kepentingan orang banyak seperti infrastruktur, jalan tol, BLT, dan lain-lain.
Innamal A’malu Binniyyaat. Pajak disamakan dengan zakat memiliki arti penting dalam “nawaitu-nya”. Nawaitu disini menurut beliau adalah konsepnya. Bagaimana dengan membayar pajak, kita memiliki andil untuk mengkritisi, menuntut, mengeluarkan argumen sosial agar harta sedekah kita dibelanjakan sesuai pembelanjaan yang benar dan dalam porsi yang pas.
Perumpamaan pajak dan zakat tidaklah berbeda dengan perumpamaan sembahyang dan sholat. Mereka memiliki tujuan yang sama hanya berbeda latar belakang dan tata caranya. Adapun pajak yang diambil dari penghasilan usaha yang tidak dibenarkan menurut syariah seperti perusahaan minuman keras, maka itu dinamakan dengan jizyah. Dalam Islam, jizyah adalah harta yang dipungut dari kaum kafir yang tinggal di sebuah negara Islam. Banyak sekali istilah Islam yang bersangkutan dengan pajak ditawarkan oleh Pak Masdar agar pajak dapat diaplikasikan dalam konsep zakat. Salah satu contohnya adalah retribusi (harta yang dipungut dari usaha di tempat umum) yang dinamakan dengan kharaj.

Pengen mangan, tapi gak mangan

Pengen turu, tapi gak turu

Pengen gak jamaah, tapi jamaah

Pengen pacaran, tapi gak pacaran

Pengen telfon, tapi gak telfon

Pengen dolan, tapi gak dolan

Pengen rokok’an, tapi gak roko’an

Pengen gak sinau, tapi sinau

Pengen gak poso, tapi poso

Pengen seneng-seneng, tapi ora iso, ora gelem…

Ayo podo ngeker sukmo lan rogo…

Mugo-mugo den sembadani kalian Seng Kuoso..

                Ngeker (dua “e” dibaca seperti “e” dalam “benar”), adalah ungkapan Jawa kuno yang masih populer dikalangan santri karena masih sering digunakan, terutama oleh para kiai dan ustadz ketika mereka menasihati santri-santrinya untuk menjaga, membatasi, memagari, menahan, dan ungkapan lain yang mirip. Ngeker berarti kita menahan melakukan sesuatu yang kita sukai, tetapi kita merasa tidak harus melakukannya. Ngeker yaitu menahan melakukan sesuatu yang menjadi tabiat nafsu. Seperti ketika kita ingin merokok, tapi karena hal itu dianggap buruk dan mengganggu, maka kita membatasi diri kita dari merokok, dan menahan untuk tidak melakukannya.

Kehidupan memberikan kita banyak tantangan yang begitu beragam dan  menggiurkan. Beberapa dari kita menyebut itu sebagai nafsu. Tantangan tersebut berupa kesenangan, keindahan, candu, mabuk, malas, ngantuk, dan masih banyak lagi. Indikasinya, hal-hal itu tidak sesuai dengan prinsip dan aturan yang ada disekitar kita. Kemudian, hal-hal itu membawa kita kepada degradasi-degradasi (penurunan-penurunan) di bidang yang bermacam-macam, dan intinya menggiring kita kepada keburukan atau kegagalan.

Man jadda wajada, barang siapa bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan (kesuksesan). Dalam hal ini yang saya maksud adalah kesuksesan dunia dan akhirat. Pendapat saya, banyak orang yang tidak ngeker (menjaga) diri dari nafsu dan kesenangan akan tetapi mendapatkan kesuksesan di dunia. Akan tetapi sebagai muslim, perjuangan kita di dunia tidak hanya untuk kehidupan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Perjuangan kita dalam bersungguh-sungguh memang nyata terletak disini, melawan nafsu.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada para sahabat seusai memenangkan perang melawan kafir Qurays. Beliau bersabda, “ wahai para sahabat, jangan merasa senang dulu karena masih ada perang dan jihad yang lebih besar lagi”. Ketika itu salah seorang sahabat bertanya, “apa itu ya Rasulallah?”. Beliau SAW menjawab, “perang berjihad melawan hawa nafsu”. Perang disini maksudnya adalah bagaimana kita bisa mengalahkan nafsu kita, bukan nafsu yang mengalahkan kita hingga kita tunduk dan menuruti apa yang diinginkan nafsu kita. Kita harus selalu memagari nafsu kita untuk tidak melakukan hal-hal yang membawa kerugian bagi kita.

Beribu tahun yang lalu, malam yang sama dengan malam ini (9 dzulhijjah), Nabi Ibrahim AS sedang mengalami hari-hari terberat dalam hidup setelah gempuran cobaan bertubi-tubi dialami oleh Sang Kekasih Allah ini. Mulai dari diusir dari Mesir, lama tidak memiliki keturunan, berpisah dengan saudaranya saudaranya Luth, kabar bahwa kaum saudaranya Luth diazab Allah, tabiat istri pertamanya Sarah yang pencemburu, ditinggalnya istrinya Siti Hajar dan anak satu-satunya Ismail yang ketika itu masih bayi di sebuah lembah yang kering, sampai ketika Ibrahim AS bertemu putra satu-satunya menjadi besar dan sehat, beliau mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya. Beliau merasa sangat bimbang sampai akhirnya beliau menganggap bahwa mimpi perintah menyembelih Ismail adalah benar dari Tuhannya yang sangat dipatuhinya. Kemudian beliau bertanya kepada anaknya lalu anaknya menjawab, “jika itu memang perintah dari Tuhan, maka saya patuh, sembelihlah saya ayahku!”. Nabi Ibrahim kemudian menangis sambi mempersiapkan segalanya. Esok hari, beliau membawa putranya ke sebuah tempat dekat lembah dan mulai meletakkan pisaunya di leher putranya. Ketika Ibrahim mengayunkan pisaunya, seketika putranya berubah menjadi seekor kambing yang sangat gemuk. Disinilah upacara sembelih kurban pada hari raya idul adha dimulai.

Yuk Berkorban...!

Apakah Ibrahim punya keinginan menyembelih putranya?, tentunya tidak. Ini sangat berlawanan dengan dirinya sebagai orang tua. Akan tetapi demi melaksanakan perintah Allah SWT, beliau rela melakukan segalanya. Bahkan ketika beliau diperintah Allah SWT untuk meninggalkan istri dan bayi tercinta di sebuah lembah tandus tanpa air dan tumbuhan hanya dengan sebuah Qiryah (wadah minuman dari kulit) dan beberapa kurma saja. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah menaati perintah Allah SWT secerdas apa yang telah dilakukan Nabi Ibrahim AS?. Benarkah kita melepaskan keinginan kita begitu saja agar tidak bertentangan dengan aturan kita, agar kita tetap berjalan lurus di jalan-Nya tanpa harus mengalami penurunan moral, pendidikan, akhlak, dll?. Membatasi diri kita, menjaga kita dari hal-hal yang buruk dan dilarang berarti memagari diri dari nafsu yang buruk. Memerangi nafsu dan bersungguh-sungguh ngeker (menjaga) diri dalam; Pengen mencuri, tapi gak mencuri;  Pengen gak belajar, tapi belajar; Pengen pacaran, tapi gak pacaran; pengen nyantai-nyantai, tapi kerja keras; dan banyak lagi.

Momen-momen Istimewa penting untuk kita ambil sebagai pelajaran, yang kemudian menuntun kita memperbaiki diri menjadi lebih baik. Salah satu yang terbesar bersungguh-sungguh berjihad melawan nafsu seperti yang telah disabdakan Nabi SAW. Tirakat, mau susah, mau bekerja keras, mau berperang, bersedia mengorbankan nafas untuk bersusah payah, adalah aksi nyata berjihad memerangi nafsu. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung karena bersedia bersusah-susah dahulu untuk bersungguh-sungguh. Selamat Hari Raya Idul Adha, 9 Dzulhijjah 1932 H. Semoga kita  termasuk orang-orang yang bersenang-senang kemudian dengan pahala keselamatan dunia (kehidupan yang cukup) dan akhirat (pahala dan surga).

Berawal dari pengalaman, seseorang dapat membuat sebuah kalimat indah untuk dirinya sendiri. Berawal dari kesedihan, coba’an, jatuh, kegagalan, dan derita sendiri atau orang di sekitarnya, seseorang dapat menciptakan sebuah ungkapan bermakna yang memberi dia nasihat, pencerahan, do’a, dan hiburan untuk dirinya sendiri. tetapi tidak semua orang bisa melakukannya.

sungguh merugi dan sia-sia, jika kita menjadi manusia yang tidak dapat mengambil hikmah, mendapatkan pelajaran, dan mendapati pengalaman sebagai sesuatu yang lewat seperti angin saja. menjadikan segala sesuatu yang menimpa kita berupa kesenangan, kesedihan, atau kegagalan menjadi pelajaran adalah satu hal yang tidak bisa kita abaikan.

kita semua dapat melakukan itu dengan mengasah kepekaan hati kita. merenung dan memikirkan lebih dalam segala sesuatu yang menimpa kita, dan yang ada di sekitar kita adalah salah satu cara melatih kepekaan hati kita agar dapat mengambil semua itu sebagai hikmah. Hadapi dengan Senyuman

Coba’an adalah kail. kegagalan adalah umpan. menganggap semua itu sebagai acuan agar kita tidak kembali kepada keadaan yang membuat kail itu menangkap kita, dan umpan itu menjebak kita satu kali lagi.

sebenarnya, jika kita sudah mempunyai hati yang peka, akal yang suka merenungkan apa yang terjadi, kita dapat menciptakan nilai-nilai dalm pikiran kita sendiri, untuk kemudian direnungkan, lalu menciptakan kalimat indah berupa pelajaran. sebagai contoh, “beban pikiran seumpama sebuah ransel berat yang kita bawa kemana-mana, jika kita melakukan sebuah pekerjaan, letakkan dulu beban pikiran itu seperti kita menaruh ransel itu dibawah. jika selesai pekerjaan itu, kita boleh membawa beban ransel itu kembali”. kumpulan kata di atas berawal dari seseorang yang memikirkan sebuah masalah yang membebani pikirannya, dia merasa berat melakukan segala sesuatu karena beban itu. dia terus memikirkan bagaimana dia melewatinya sampai akhirnya dia menemui solusinya.

Pada akhirnya, benar perkataan orang-orang besar bahwa bangkit kembali setiap kita jatuh adalah pekerjaan serius dan berat. akan tetapi begitulah cara manusia menjadi besar dan sukses, bekerja keras.

Akan tetapi, tidak seharusnya jalan hidup untuk menjadi besar itu sangat sulit. karena jalan hidup sudah ditentukan oleh Tuhan, maka menjalani hidup apa adanya adalah jalan itu sendiri. benarkah?, iya akan tetapi bekerja dan ikhtiar adalah syarat hidup dan sunnatullah. kita ingin menjadi apa, maka keinginan kita itu adalah apa yang sudah ditulis oleh Tuhan. kita berbakat apa, maka itu juga merupakan hal yang sudah Tertulis di buku takdir.kita saat ini berada dimana dan sedang melakukan apa, itu adalah apa yang ditulis oleh Tuhan.

benar ungkapan seorang ahli hikmah, ” كل ميسر لما خلق له “, kullun muyassarun limaa khuliqo lah, segala sesuatu dimudahkan untuk apa yang sudah diciptakan untuknya. maka untuk mengambil pelajaran dari ungkapan ini, kita dapat melatih kita mendeteksi apa yang sudah menjadi jalan hidup kita, kita jalani jenis/model hidup yang sudah ditentukan untuk kita, maka segalanya akan dimudahkan. satu hal, jangan menjalani hidup yang sekiranya bertentangan dengan diri kita dan takdir kita.

Disini kita menemukan kata qana’ah dan syukur memiliki arti yang sangat besar untuk membuat jalan hidup kita menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Qana’ah berarti merasa cukup. maka jangan merasa kurang atas apa yang telah diberikan kepada kita karena menjadi diri sendiri adalah yang terbaik. kita akan menemukan kemudahan disini. Syukur adalah berterimakasih kepada Tuhan atas apa yang sudah diberikan kepada kita. menurut Al Qur’an, Tuhan akan menambah rizki dan keberuntungan bagi hambanya yang bersyukur. kita akan menemukan kesenangan disini.

Terakhir, bekerja keras adalah sebuah keharusan. akan tetapi untuk memudahkan jalan yang kita lalui dan memberikan kebahagiaan bagi setiap waktu dan usaha yang kita jalani. kita harus mendeteksi dan mengenal diri kita lebih dahulu. mengetahui jalan hidup seperti apa yang kita lalui. Lalu menjadikan diri memiliki karakteristik manusia yang qana’ah dan bersyukur. tetapi kita tidak boleh pesimistis bahwa jalan hidup kita adalah sebuah keburukan. keburukan dan kegagalan tidak pernah menjadi jalan hidup karena itu adalah umpan dan kail untuk menjadikan hidup kita lebih berarti, bermakna, dan memiliki nilai lebih.

selamat menjalani hidup…!!! nikmatilah jalan hidup kita dengan mudah dan menyenangkan. tidak salah kita mendengar lagu Dewa, Hadapi Dengan Senyuman. Jangan lupa berdo’a kepada Dia yang menciptakan kehidupan kita.

PCNU Kota Malang Melantik pengurus baru masa khidmah 2011-2016 pada minggu, 23 Oktober 2011 di gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang. Acara tersebut dimulai sejak pukul 08.00 pagi diawali dengan penampilan-penampilan hadrah dan shalawat dari beberapa pondok pesantren, beberapa atraksi bela diri yang diperagakan oleh kelompok Pagar Nusa, serta bacaan-bacaan doa yang dibawakan oleh KH. Chamzawi, Rois Syuriah PCNU Kota Malang. Dalam acara tersebut hadir walikota malang, para ulama dan pengasuh-pengasuh pesantren seluruh kota malang, serta rois syuriah PWNU Propinsi Jawa Timur KH. Miftakhul Akhyar.

Acara inti dimulai pada pukul 09.00 WIB diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran yang dibacakan oleh Muhammad Fauzan Muhson, pemenang lomba MTQ sejawa timur tahun 2011. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. kemudian, acara pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Malang yang dipimpin langsung oleh K.H. Miftakhul Akhyar. Pada kepengurusan masa khidmat 2011-2016 ini, KH. Marzuki Mustamar kembali menjadi ketua Tanfidziah PCNU Kota Malang, sedangkan KH. Chamzawi tetap sebagai Rais Syuriah PCNU kota Malang. Acara pelantikan berlangsung khidmat dengan diiringi saling bersalaman antar pengurus baru dan lama.

KH. Marzuki Mustamar kemudian memberikan sambutan mewakili PCNU Kota Malang. Beliau berbicara tentang NU yang mengandung nilai keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan. Menurut beliau NU tidak kengaloren atau kengidulen yang artinya tidak keluar jalur atau berada di jalan tengah. Beliau menyayangkan generasi muslim saat ini yang membuat Islam tertutupi oleh umatnya sendiri.

Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh Prof. Suparno, Rektor Universitas Negeri Malang sebagai sohibul bait. Beliau menjelaskan bahwa gedung yang digunakan untuk acara ini salah satunya adalah untuk meningkatkan nilai hablu minan naas. Dimana kita sebagai muslim dapat saling membantu dalam perjuangan. Tidak tertinggal walikota malang yang juga memberikan beberapa patah kata dalam acara tersebut. Bapak Peni Suparto adalah walikota Malang yang juga masuk dalam jajaran kepengurusan PCNU Kota Malang.

Prof. Imam Suprayogo kemudian juga memberikan sambutan. Dalam acara tersebut, Beliau mengungkapkan keharuan ketika berada disekeliling para alim dan kiai. Beliau melanjutkan dengan berkata bahwa NU adalah organisasi dimana kita berjuang dan berkorban. Karena kebangkitan ulama itu sendiri diawali dengan perjuangan dan pengorbanan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan tausiyah yang disampaikan oleh KH. Miftakhul Akhyar, Rois Syuriah PWNU Jawa Timur.

KH. Miftakhul Akhyar memulai dengan mengutip surat al ahzab : 23, dimana dalam ayat tersebut terkandung makna bahwa sebagian dari kita ada orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang dan ada pula yang tidak. Beliau mengatakan bahwa kita sebagai pejuang Islam lewat organisasi NU harus memiliki perjuangan yang serius dan jujur. Hal ini diungkapkan karena banyak dari kita sudah bergeser dari nilai-nilai dasar Nahdlatul Ulama. Beliau mengatakan bahwa NU tidak seperti dulu dalam kesungguhan perjuangan anggotanya dan sudah saatnya kita menggali kembali nilai-nilai dalam tubuh NU yang sudah terkikis sedikit demi sedikit.

Keributan yang terjadi dalam tubuh NU sendiri seperti IPNU sudah menunjukkan adanya Ghiyabul Makna atau hilangnya nilai dasar yang ada dalam diri kita. Hal ini dikarenakan kurangnya muroqobah atau kewaspadaan untuk memelihara nilai tawassuth, tawazun, dan nilai dasar lain yang menjadi acuan dari setiap apa yang kita lakukan dalam memperjuangkan Nahdlatul Ulama. Tidak kita sadari memang, kalau di dalam diri NU sendiri sudah terjadi kekeroposan. Adanya kelompok mutathirrifin (menyimpang) setidaknya mendorong kita untuk mempererat kembali kebersamaan kita dalam ajaran dan keyakinan yang sama.

KH. Miftakhul Akhyar bercerita banyak hal termasuk nasib yang menimpa negara kita saat ini. Salah satunya adalah kondisi perikanan di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak jika ikan tuna yang menjadi sumber penghasilan Australia sebesar 60% ternyata bertelur di perairan Indonesia. Beliau menanggapi bahwa hal ini menandakan kurangnya barokah dalam negara kita.

Beliau mengakhiri dengan berpesan bahwa masih ada “rijalun shodaqu” yang akan bersungguh-sungguh berjuang untuk Nahdlatul Ulama dan negara kita Indonesia. Kita bersama-sama harus berusaha menempatkan kita pada posisi dimana kita dapat berjuang dan berkorban lebih besar sehingga kita dapat memperbaiki agama dan negara kita menjadi lebih baik.

Acara halal bihalal di pesantren tempat aku mengaji di mulai sejak ba’da maghrib. Sebelumnya di sore hari, terdapat acara temu alumni yang mempertemukan seluruh alumni yang datang. Sudah jauh hari kami bersama-sama mempersiapkan acara ini dan ketika bekerja bersama itulah kesan paling menyenangkan kami temukan.

Pesantren salaf ini bernama Pondok Pesantren Sabilurrosyad. Orang-orang biasa menyebutnya pondok gasek karena memang terletak di desa gasek kecamatan sukun kabupaten malang. Tidak jauh berbeda dengan nama pondok besar lirboyo yang nama sebenarnya adalah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, orang-orang menamakannya pondok lirboyo karena terletak di suatu daerah yang bernama lirboyo. Kebiasaan memanggil pesantren dengan nama daerah strategisnya sudah menjadi budaya di Jawa. Banyak sekali pesantren yang memiliki julukan dengan tempat berdirinya pesantren tersebut.

Yai Marzuki kami memanggilnya. Beliau adalah seorang kiai pejuang akidah ahlussunnah wal jamaah. Saya sangat bangga dengan tegasnya beliau berbicara. Saya juga sangat tersanjung dengan lembutnya beliau bersikap. Beliau berasal dari Blitar dan lama mondok di Mergosono asuhan Kiai Masduqi Mahfudz. Beliau adalah pengasuh kami di pesantren.

Gus Mus, Yai Marzuki, dan Yai Chamzawi

Seperti umumnya pesantren-pesantren di Jawa ketika melaksanakan haflah tahunan, sebelum acara inti dimulai, acara diisi dengan baca’an baca’an doa seperti manaqiban, shalawatan, tahlilan, dan lain-lain. Begitu juga dengan acara halal bihalal di gasek tahun ini. Ba’da maghrib dilanjutkan ba’da isya, kami membawakan doa-doa yang salah satunya adalah Manaqiban Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.

Sekitar pukul setengah sembilan malam, Gus Mus tiba di tempat. Ketika itu Yai Marzuki masih memimpin Tahlil. Banyak pejabat, tokoh agama dan habaib yang hadir malam itu. Salah satunya adalah Bapak Peni Suparto, walikota Malang. Beliau juga memberikan sambutan pada malam itu. Bapak’e salam satu jiwa itu cukup mendapat perhatian yang meriah ketika berpidato di atas podium. Setelah beliau, giliran Yai Marzuki memberikan sambutan. Beliau berbicara dengan gaya khasnya, singkat padat jelas tegas. Beliau dawuh agar kita tetap menjaga kuat akidah ahlussunnah wal jama’ah dan berani serta siap menghadapi kelompok-kelompok baru yang sangat anti bid’ah dan suka mengkafirkan sesama muslim. Nama lain dari kelompok-kelompok yang ekstrem ini adalah kelompok mutathorrifn.

Tidak lama setelah itu, acara mauidloh hasanah yang mana Gus Mus sebagai penceramah dimulai. Para hadirin bertepuk tangan menyambut ceramah kiai kharismatik tersebut. Beliau memulai dengan bercerita ketika memenuhi undangan di Jakarta beberapa hari yang lalu. Ketika disana, beliau berfikir untuk yakin dengan isu bahwa kiamat terjadi pada 2012. Hal ini dikarenakan kondisi sosial yang beliau lihat dan cuaca panas yang beliau rasakan ketika di Jakarta. Beliau melanjutkan ketika sampai di Malang, beliau merubah keyakinan akan isu terjadinya kiamat 2012. Hal itu dikarenakan cuaca di Malang yang dingin sekali, dan melihat manusia berkumpul, memuja dan berdoa kepada Allah SWT. Beliau terharu dan bersyukur karena budaya beragama warisan para kiai dan ulama terdahulu masih terpelihara dengan baik.

Mengenai nasionalisme, Gus Mus bercerita bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seseorang yang nasionalisme. Hal ini ditunjukkan dengan cara berpakaian beliau dengan bergamis yang mana gamis adalah baju nasional jazirah arab. Setiap suku dan pemeluk agama lain termasuk para kafir qurays tentunya berpakaian tidak berbeda dengan apayang dipakai Nabi Muhammad SAW. Kemudian, beliau berkata jika kita bersarung, berkopyah hitam, berbaju batik, dan lain-lain yang menunjukkan ciri bangsa kita, maka kita sudah meniru Nabi Muhammad SAW dalam hal nasionalisme. Simbol berjubah dan berjenggot panjang adalah budaya arab, jadi meskipun seseorang berjubah dan berjenggot panjang akan tetapi memiliki akhlak suka mencela dan mengkafirkan, itu sama sekali tidak mencontoh Rasulullah SAW.

Beliau bercerita banyak mengenai nasionalisme, budaya, dan persamaan sesama manusia dan itu sangat memperlihatkan diri beliau dengan ciri pluralisme yang juga menjadi ajaran yang sangat diperjuangkan oleh Gus Dur. Beliau juga mengeluh ketika ada kelompok-kelompok yang melarang toko buka di siang hari bulan Ramadhan. Beliau berpendapat bahwa toko tidak boleh ditutup karena pertimbangan jalannya ekonomi, para musafir yang lapar, pemeluk agama lain, dan muslimah-muslimah yang juga membutuhkan makanan. Sehingga jika toko-toko ditutup pada siang bulan ramadhan, maka hal itu akan merugikan banyak pihak. Beliau mengutip salah satu kaidah yang menunjukkan agar kita lebih mendahulukan kemashlahatan dan menghilangkan kerugian dalam memutuskan.

Saya sendiri mengenal sosok Gus Mus tidak begitu dalam sebelum ini. Jujur, saya tidak begitu suka seni apalagi soal puisi. Jadi maaf Gus, saya sebelum mengenal anda tidak begitu tertarik mengetahui anda secara lebih dalam. Untungnya di pesantren saya baru-baru ini rame dengan Gus Mus. Maklum, acara halalbihalal yang diadakan tahun ini mengundang Gus Mus sebagai pembicara. Dan kebetulan, beberapa hari sebelumnya beliau diundang dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun televisi nasional. Ketika itu saya merasa ingin tahu bagaimana sih beliau yang akan datang ke tempat aku mondok beberapa hari lagi.

Gus Mus

Dalam acara itu, beliau benar-benar memikat hati saya. Pemikiran beliau sungguh membuat saya terpesona dan merasa tersanjung.Kata-kata beliau sedikit tapi mengena. Kalau saya pikir-pikir, beliau memiliki sifat yang sama dengan Gus Dur saat menghadapi orang atau suatu permasalahan. Dan saya sangat setuju dengan jalan pikiran beliau.

Permasalahan pertama yang dibahas dalam acara talk show tersebut adalah masalah lukisan yang digambar oleh Gus Mus, berupa gambar seseorang sedang menari dikelilingi para ulama dan kiai duduk bersila disekilingnya.Konflik yang muncul adalah adalah ulama muda yang hadir saat lukisan itu dipamerkan protes dan mempertanyakan maksud dari lukisan tersebut. Lalu datang seorang kiai sepuh yang datang menawar harga lukisan dengan berkata, “berapa harga lukisan itu gus…?”. Seluruh ruangan bergemuruh tertawa. Gus Mus melanjutkan dengan berkata bahwa berbeda tingkatan seseorang, berbeda pula tingkat pemahamannya.

Inul dalam lukisan berjudul “Berdzikir Bersama Inul” tersebut menggambarkan daging sedaging-dagingnya. Dan bahwa banyak orang yang berdzikir hanya dengan dagingnya saja. Artinya, setelah berdzikir mereka tetap pada perangai buruk dan tidak menjadi lebih baik. Di sini, Gus Mus berpesan agar kita berdzikir dengan benar-benar hati sehingga dapat mengubah hidup kita dan menjadi bermanfaat buat yang lainnya.

Selanjutnya pembahasan beralih ke ranah politik. Gus Mus berpendapat bahwa banyak tokoh yang tidak memahami politik maju ke panggung sehingga politik tidak berjalan seperti seharusnya. Yang terjadi tinggallah percekcokan dan perdebatan yang tidak selesai. Beliau membagi politk menjadi tiga macam, politik kebangsaan, kerakyatan, dan kekuasaan. Ketika politik berada dalam orientasi kekuasaan, maka semuanya hanya mengacu pada kepentingan pribadi dan kelompok.

Setelah itu Gus Mus ditanya mengenai beberapa kelompok yang hobi mengolok-olok dan mengkafirkan muslim lain sehingga kondisi persaudaraan sesama umat Islam menjadi sering terpecah-belah. Kelompok yang suka mengejek muslim lain diibaratkan pengetahuan mereka sampai tingkat SMA. Sedangkan jenjang pendidikan (pemahaman agama) masih memiliki tingkatan lebih tinggi seperti universitas dengan tingkatan gelar sarjana, magister, doktor, dan lebih tinggi lagi professor. Dengan ilmu yang masih setengah-setengah, dan mereka merasa sudah cukup pandai dengan ilmunya, mudah bagi mereka untuk mengejek dan mengolok-olok muslim lain bahkan mengkafirkan.

Yang menarik bagi saya adalah keika Gus Mus berbicara mengenai kebenaran. Bahwa setiap orang memiliki jalan tersendiri untuk menuju suatu tujuan. Ketika berbeda, dalam pandangan atau pemahaman, seseorang tidak dapat menyalahkan yang lain begitu pula sebaliknya. Belum tentu kita atau yang lain yang benar karena kebenaran mutlak berada dalam tangan Tuhan. Kemudian disinggung mengenai perbedaan pendapat antara Gus Mus dan Ulil Abshar Abdalla, pentolan JIL sekaligus menantunya dalam suatu permasalahan yang tampak media. Beliau kemudian berkata bahwa berbeda di antara siapapun itu biasa, bahkan dengan anak sendiri Gus Mus pun bisa berbeda pendapat. Ini yang membuat saya kagum dan tertarik dengan Gus Mus, pemikiran beliau yang sangat plural.

Gus adalah seorang yang sangat patuh pada ibunya. Ketika ibunya meminta sesuatu beliau pasti menurutinya. Begitu juga, ketika ibu beliau melarang sesuatu, beliau menuruti tanpa perlu berfikir. Contohnya ketika beliau pernah ditawari menjadi calon dalam partai PKB dan ketua PBNU, beliau tidak mendapat izin dari ibunya, dan beliau tidak maju. Ketika ibu beliau ada, beliau tidak pernah melakukan istikharah karena ibu beliau adalah istikharah beliau. Jika ada suatu permasalahan yang menuntut pilihan, maka beliau tinggal tanyakan saja pada ibu beliau, selesai.

Mengenai jenjang pendidikan, Gus Mus memiliki pengalaman yang unik karena dapat dikata bahwa jenjang-jenjang pendidikan umum yang beliau titih tergolong rumit atau kacau. Beliau bahkan masuk al azhar tanpa lulus SMA atau ijazah SMA. Beliau satu angkatan bersama Gus Dur yang kata beliau Gus Dur jarang mengikuti kuliah. Beliau mulai mempelajari sastra ketika masih di pesantren. Ketika dalam pesantren tidak menemui buku sastra, beliau mencoba mencari-cari literatur di luar pesantren. Beliau kemudian di hadapan penonton membacakan sebuah puisi yang berjudul “Aku Masih Sangat Hafal Nyanyian Itu”.

Obrolan berjalan begitu menarik, beliau bercerita banyak hal, ketika beliau mulai mengenal para artis dan sastawan Indonesia, tentang pertemuan beliau dengan idolanya Affandi, sampai tentang aktivitas baru beliau yang cukup nyentrik, bermain twitter. Sampai ketika ditanya mengenai puisi beliau yang dinyanyikan Iwan Fals “Aku Menyayangimu Karena Engkau Manusia”. Beliau menjawab dengan santai, “coba tanyakan sendiri sama Iwan Fals mengapa?”. Seluruh ruangan bergemuruh diiringi tepuk tangan meriah karena ketika itu pula Iwan Fals memasuki tempat acara sebagai bintang tamu yang mendampingi Gus Mus.

Iwan Fals berpendapat bahwa Gus Mus adalah seorang kiai yang asyik. Beliau mudah bergaul dengan siapapun, dari golongan apapun. Beliau dapat menjelaskan sesuatu yang rumit menjadi mudah. Beliau adalah seorang kiai, budayawan, dan seorang penulis dengan karya-karya yang cukup banyak. Salah satunya adalah buku berjudul Membuka Pintu Langit yang diberikan satu-satu kepada pemirsa yang hadir dalam acara dan dapat di download dalam bentuk e-book di www.kickandy.com. Acara diakhiri dengan penampilan Iwan Fals, menyanyikan lagu yang berasal dari puisi Gus Mus, “Aku Menyayangimu Karena Engkau Manusia”.

Pagi kemarin, ruang auditorium pasca sarjana UIN Maliki Malang dipadati oleh mahasiswa Fakultas Syariah. Begitu penuhnya sampai beberapa peserta harus rela berdiri. Begitulah suasana seminar pelatihan ijtihad kolektif  yang diadakan oleh para dosen dan staf fakultas syariah. Acara seminar ini merupakan salah satu program dari Fakultas Syariah.

Seminar Ijtihad Kolektif kemarin mengundang dua orang pembicara yang cukup mumpuni di bidangnya. Prof. Dr. H. Ahmad Zahroh, M.A. merupakan orang penting dalam kepengurusan MUI wilayah Jawa Timur. Beliau melanjutkan program pascanya di Universitas AL Azhar Mesir lalu melanjutkan studi di Universitas Al Khortum Sudan. Desertasinya tentang Lajnah Bahtsul Masail NU 1926-1999 telah diterbitkan oleh LKiS dengan judul Tradisi Intelektual NU. Dr. Saad Ibrahim M.A. adalah dosen ahli ushul fiqh yang juga mengajar di fakultas syariah uin maliki malang. Meluluskan studi pasca dan doktornya di IAIN Jakarta.

Acara seminar dimulai pada pukul 09:30 dengan pembukaan oleh Dr. Roibin, M.Hi. lalu dilanjutkan dengan ceramah dari narasumber pertama  Prof. Dr. H. Ahmad Zahroh, M.A. beliau memulai dengan menyapa para dosen fakultas syariah dan sedikit bercerita tentang kisah beliau ketika masih studi di sini. Beliau menyelesaikan program sarjana di kampus ini ketika dulu bernama STAIN Malang. Kemudian, beliau menceritakan tentang kisah pembuatan desertasi yang objeknya adalah NU. Kesulitan mendapatkan sumber karena NU tidak punya dokumen yang lengkap serta kitab-kitab lawas masih banyak yang bertuliskan pegon arab menjadi tantangan sendiri bagi beliau.

Beliau melanjutkan dengan membahas metode ijtihad yang dipraktekkan dalam Islam. Metode ijtihad yang dimaksud adalah metode ijtihad bayani, qiyasi, dan istishlahi. Dalam hal ini beliau menganggap mashlahat sebagai pertimbangan utama dalam ijtihad. Dengan demikian, fiqh kemudian dapat terbagi menjadi dua, yaitu fiqh ilmi dan amali. Fiqh ilmi adalah bentuk hasil istinbath yang benar-benar sejalan dengan teori, hadits, dan dalil-dalil. Sedangkan fiqh amali melihat konteks sebagai sudut pandang utama dalam istinbath.

Selanjutnya, Prof. Ahmad Zahroh menjelaskan tentang wacana ushul fiqh baru yang dideklarasikan oleh NU tentang metode ijtihad yang disetujui untuk digunakan dalam kalangan NU. Terdapat tiga metode ijtihad yang selama ini dipraktekkan oleh kalangan NU. Tiga metode tersebut kemudan dinamakan dengan metode qauly, ilhaqy, dan manhajy. Metode qauly digunakan oleh kalangan NU dengan mengambil ijtihad hukum yang merujuk pada 159 kitab-kitab klasik mu’tabarah. Beliau berkomentar bahwa metode ijtihad sudah seperti sesuatu yang sakral sampai-sampai banyak kalangan NU yang tidak mencoba merujuk kembali kepada al quran dan al hadits. Metode yang kedua yaitu ilhaqy, mengistinbath hukum model qiyas dengan merujuk kepada kitab-kitab klasik mu’tabarah yang 159. Metode yang ketiga yaitu manhajy, mengistinbath hukum dengan mengikuti jalan pikiran yang digunakan dan disusun oleh imam madzhab yang empat. Dalam suatu konferensi, metode qauly mendapat suara  362 dari seluruh peserta. Metode ilhaqy mendapat suara 32 dan metode manhajy mendapat 8 suara. Memang, metode manhajy tidak berbeda dengan metode istinbath yang digunakan Muhammadiyyah.

Setelah Prof. Ahmad Zahroh berceramah selama sekitar 30 menit. Giliran narasumber kedua Dr. Saad memulai menyajikan materi. Ketika itu, waktu menunjukkan pukul 10.15 WIB. Dr. Saad memulai dengan membahas antara NU dan Muhammadiyyah. Beliau mengeluarkan sedikit guyonan dengan berkata, “NU dan Muhammadiyyah sebenarnya sudah dekat bahkan berdampingan. Akan tetapi kemudian dipisah oleh Dr. Roibin yang duduk ditengah-tengah memisahkan kami”. Sontak seluruh ruangan bergemuruh mendengarnya. NU yang dimaksud adalah Prof. Zahroh dan Muhammadiyyah adalah Dr. Saad. Ya, Dr. Roibin duduk menengahi kedua narasumber karena sebagai moderator. Dr. Saad adalah seorang Muhammadiyyin yang sangat akrab dengan NU. Beliau pernah bercerita tentang beberapa orang dari Muhammadiyyah dan NU yang berkomentar tentang dirinya. Beliau mendengar beberapa dari mereka berkata, “jika NU seperti sampeyan maka kami Muhammadiyyah menerima, dan jika Muhammadiyyah seperti sampeyan kami NU juga menenerima”. Sekali lagi seluruh ruangan bergemuruh dan memberi applaus.

Dr. Saad memberikan banyak penjelasan tentang bagaimana menyikapi NU sebagai Muhammadiyyah atau menyikapi Muhammadiyyah sebagai NU. Beliau membenarkan konsep Prof. Zahroh bahwa memang perlu adanya fiqh ilmi dan fiqh amali. Sehingga menyikapi keputusan benar-salah sebagai sesuatu yang relatif sangatlah penting.

Banyak sekali guyonan dan cerita yang beliau sajikan sehingga membuat seluruh peserta seminar merasa puas. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Salah seorang peserta maju dengan menanyakan tentang bagaimana ukuran mashlahat dan seseorang menjadi mujtahid. Beberapa peserta lain mengajukan pertanyaan yang sama-sama menuju tentang bagaimana menyikapi perbedaan antara NU dan Muhammadiyyah.

Prof. Ahmad Zahroh memulai menjawab dengan menjelaskan kembali tentang istihsan, mashlahah mursalah, kualifikasi mujtahid dan mashlahah. Beliau lalu mengatakan bahwa seorang dengan titel doktor sudah bisa dijadikan ukuran untuk mujtahid fatwa. Pada umumnya, mashlahah bisa jadi ukuran jika memang benar-benar dibutuhkan pada suatu masa dan wilayah.

Dr. Saad menyambung dengan menjawab tentang bagaimana menyikapi perbedaan antara NU dan Muhammadiyyah. Bersikap relatif atau proporsional merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Beliau melanjutkan dengan menjelaskan konsep manhajy yang digunakan oleh Muhammadiyyah. Manhajy Muhammadiyyah tidak mengikut pada para Imam karena langsung merujuk pada Al Quran dan As Sunnah. Menurut majelis tarjih Muhammadiyyah bahwa ijtihad Muhammadiyyah tidak bersifat menentang dan masih menghormati para imam dan ulama lain. Disana dijelaskan apabila ada kesalahan yang ditemui dimohon untuk diajukan agar kemudian dipetimbangkan.

Prof. Ahmad Zahroh menyambung penjelasan tentang menyikapi perbedaan tentang NU dan Muhammadiyyah. Beliau menjelaskan bahwa benar-salah sangat relatif. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang cukup bahkan dapat mengubah hukum halal menjadi haram. Disini yang terkuat adalah persepsi masing-masing. Beliau bercerita bahwa pernah mengistinbath hukum, mengajukannya dikalangan para kiai di suatu wilayah. Istinbath beliau diterima tetapi tidak digunakan hanya karena persepsi masyarakat disana lebih menghormati dan mempercayai kiai setempat.

Dalam menyikapi perbedaan, beliau kemudian menjelaskan kembali bahwa perlu bagi kita untuk memegang dua macam fiqh yaitu fiqh ilmi dan amali. Fiqh ilmi digunakan untuk kalangan yang lebih tinggi karena mereka akan menerima bentuk ijtihad yang objektif sesuai teori. Akan tetapi adakalanya kita harus menggunakan fiqh amali ketika berhadapan dengan kalangan yang cukup sulit menerima pendapat kita sehingga memberikan mereka mashlahat lebih utama. Ikhtilafu ummati rahmatun, perbedaan merupakan rahmat dengan syarat, kita harus menerima perbedaan itu dengan kebijakan dan cinta.

LPM UIN Maliki Malang kemarin mengadakan sebuah acara yang cukup meriah di gedung rektorat lantai 5. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian program kerja POSDAYA yang diadakan sejak pertengahan Juli 2011 dengan menyebarkan mahasiswa-mahasiswa UIN Maliki ke 70 masjid di wilayah Malang, Pasuruan, Blitar , dan Jombang.

Acara LPM UIN Maliki kemarin berjudul “Dialog Interaktif dengan Ketua Yayasan Damandiri dan Supersemar”. Ya, LPM mengundang dua orang top di dua yayasan sosial terbesar di Indonesia tersebut yaitu Prof. Dr. Haryono Suyono dan Ibu Hediati Hariyadi.

Acara yang sejatinya dimulai setelah shalat Jum’at tepatnya pukul 13.00 WIB tersebut molor sampai dengan pukul 16.00. Cukup lama kami menunggu, sehingga pada kurun waktu tersebut, banyak mahasiswa yang mulai keluar meninggalkan tempat acara.  Setelah melihat itu, ketua LPM UIN Maliki Ibu Mufidah selaku ketua LPM memberikan pengumuman untuk memohon agar para mahasiswa kembali lagi setelah shalat ashar dan mengajak teman-teman yang lainnya.

Tak sia-sia, acara dimulai pada pukul 16.00 WIB dengan dihadiri peserta yang lebih banyak. Sekitar pukul 16.15 WIB, rombongan undangan tiba di gedung retorat dan acara benar-benar dapat dimulai.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, disusul  dengan sambutan Rektor UIN Maliki Malang, Bpk. Prof. Dr. Imam Suprayogo. Seperti sudah menjadi khas beliau untuk membuat para undangan khususnya tokoh yang diundang merasa tersanjung di awal ceramah. Ya, kemaring Bapak Imam menyanjung Bapak Haryono Suyono tentang kehebatannya memberayakan masjid dan berkata, “saya yang seharu

snya sowan ke tempat Bapak Haryono, karena sebenarnya urusan masjid adalah urusan universitas islam”. Beliau kemudian mengucapkan selamat pada khususnya putri Suharto, Ibu Hediati Hariyani yang biasa dipanggil Mbak Titik atas tercapainya cita-cita Ayahnya membangun 999 masjid. Para peserta pun bertepuk tangan mendengarnya dan melihat Mbak Titik tersenyum.

Bersama Mbak Titik

Bapak imam kemudian mengenalkan UIN Maliki dengan kelebihan-kelebihan yang ada di dalamnya. termasuk jumlah mahasiswa hafidzul quran di UIN Maliki yang mencapai 1932 mahasiswa. Bapak Imam mengakhiri ceramahnya dengan menceritakan bahwa setelah al Azhar, universitas islam terbaik ke-2 di dunia adalah UIN Maliki Malang. Seluruh ruangan pun bergemuruh dengannya.